hasil wawancara dengan pemilik SOTO CAK HAR

Mungkin anda sudah sering mendengar Soto Ayam Cak Har. Warung Soto yang bertempat di sekitar kampus ITS. Tempat jualan tersebut sederhana, tidak ada AC, WiFi, dan sebagainya. Hanya seperti warung makan biasa, namun ukurannya lebih luas. Saat melihat di sebelah kiri tempat tersebut terdapat sebuah kafe yang terbilang bagus. Namun walaupun tempat Soto Ayam Cak Har adalah tempat yang sederhana tapi selalu ramai pengunjung, bukan hanya pemakai sepeda motor para pengunjung disana, yang memakai mobilpun banyak.

Pemilik tempat jualan yang bernama Cak Har adalah seorang perantauan dari kota Lamongan. Pada tahun 1984, saat beliau menamatkan Sekolah Dasar tepatnya berumur 12 tahun beliau merantau ke Surabaya karena ajakan saudara. Tetapi keberangkatan beliau tanpa alasan yang jelas, alhasil beberapa tahun di Surabaya beliau menjadi pengangguran.

Pada tahun 1989 beliau mulai bekerja di seorang pengusaha kuliner. Dari disitulah Cak Har mulai belajar memasak sedikit demi sedikit. Setelah 3 tahun bekerja pada orang itu, beliau mengundurkan diri dari pekerjaan tersebut dan menganggur lagi selama 1 tahun. Pada tahun berikutnya yaitu 1992, beliau nekat membuka usaha sendiri yakni menjual nasi goreng dan soto ayam lamongan. Beberapa tahun beliau menekuni usaha tersebut, namun beliau mulai mempertimbangkan kecepatan berkembangan makanan yang dijualnya. Dari kedua makanan tadi, beliau beranggapan bahwa perkembangan soto ayam lebih cepat daripada nasi goreng, sehingga beliau memilih menekuni soto ayam lamongan.

Kenekatan bapak 3 anak ini membuat dirinya rela berkeliling dengan mendorong gerobaknya di daerah Kaliasin. Dari kerja kerasnya berkeliling, beliau menabung sedikit-sedikit agar dapat berjualan tanpa harus berpanas-panasan menjajakan makanannya. Tahun 1997 beliau mulai menetap di warung di depan Desperindag selama 12 tahun. Selama berjualan di tempat tersebut, pelanggan Cak Har makin bertambah terus menerus.

Pada tahun 2009 Soto Ayam Cak Har pindah di daerah kampus ITS hingga sekarang. Para pelanggannya pun makin ramai dibanding ketika masih berjualan di warung. Tempat yang beliau tempati untuk berjualan ini lebih luas dibanding sebelumnya dan dengan biaya sewa 7 juta per bulan. Cak Har juga pernah memperluas tempat jualannya, yaitu di UNAIR .Namun yang menjaga jualannya di UNAIR saat itu adalah adik iparnya yang sifatnya kurang sabar, jadi tempat jualannya yang di UNAIR kurang maju dan akhirnya ditutup. Beliaupun akhirnya fokus pada satu tempat yang kini ditempatinya.

Soto Ayam ini beroperasi pada jam 6 pagi sampai jam 11 malam tapi ketika ada event-event tertentu, misalnya ada acara wisuda di kampus ITS, warung ini hanya buka sampai jam 9 malam saja karena para mahasiswa biasanya mengajak orang tuanya makan di warung Cak Har. Dalam sehari warung Soto Ayam Cak Har mampu menghabiskan 6 kwintal ayam sekitar 300 ekor ayam dengan omset mencapai 18-20 juta. Dengan usaha yang signifikan ini, mampu memberikan Cak Har 4 rumah dan 1 mobil pribadi.

Dalam penjualannya Cak Har kini telah mempekerjakan 25 orang yang bertugas sebagai pelayan, kasir dan bagian yang memasak. Cara untuk menjadi karyawan di tempat makan ini terbilang unik, karena Cak Har tidak pernah membuka lowongan pekerjaan sebagai karyawan di tempatnya. Tetapi beliau merekrut karyawan dengan cara meminta karyawannya saat pulang kampong untuk membawa temannya saat kembali lagi ke Surabaya. Beliaupun tidak melakukan pelatihan karyawan seperti pada umumnya. Beliau hanya menerapkan sistem kekeluargaan dalam menjalankan bisnis sotonya ini. Jadi saat karyawannya melakukan kesalahan, beliau hanya menasehatinya, dan memberitahu lain kali sebaiknya bagaimana.

Agar para pelanggan tetap setia pada masakan Cak Har, beliau mengedepankan kualitas yang tetap beliau jaga dari dulu hingga sekarang. Oleh karena itu, beliau melakukan pembelian bahan-bahan sotonya sendiri. Beliau pergi ke pasar jam 3 sore. Beliau menunggu pemotongan ayam sampai jam 5, kemudian beliau berkeliling untuk membeli bahan-bahan yang lainnya. Untuk menjaga kerahasiaan resepnya, beliau meracik semua bumbu-bumbu yang digunakan, dan menghaluskan bumbu-bumbu tersebut ketika di pasar. Setelah selesai berbelanja proses pembuatan soto dilakukan pada malam itu juga. Pada pukul 11 malam kuah soto sudah jadi dan perlu diendapkan semalam agar bumbu yang digunakan meresap.

Dalam waktu kedepan, Cak Har akan memindahkan warungnya di rumah yang telah dibelinya. Beliau juga berencana untuk menambah varian dari jualannya, yaitu berupa Soto Bubur.  Selain dari warung sotonya. Cak Har juga memiliki penghasilan lain. Beliau mendapatkan uang dari pihak makanan ataupun minuman yang menitipkan bannernya di warung Cak Har dengan tarif 1juta per banner per tahunnya. Selain itu Cak Har juga bekerja sama dengan salah satu perusahaan air mineral,  dimana Cak Har membuat kesepakatan dengan perusahaan air mineral tersebut, bahwa beliau hanya menjual dan memakai air mineral tersebut untuk olahan sotonya. Merk air mineral yang lain tidak bisa masuk. Cak Har juga memberikan tips bagi para pengusaha lain, yaitu :

1.     1.  Ketika kita bekerja, jangan hanya ikut orang saja tapi belajarlah dari orang itu, dan carilah ide untuk mendirikan usaha sendiri.

2.       2. Saat ingin membuka bisnis, jangan bekerja sama dengan saudara ataupun teman sendiri karena ketika kita mempunyai ide yang berbeda makan akan menimbulkan perselisihan. Lebih baik membuka bisnis sendiri.

3.      3.  Kita harus sabar dalam menjalani bisnis, kita ikuti saja alurnya. Semua yang kita lakukan pasti ada cobaannya, seperti saat kita membuka bisnis.

4.       4. Jika kita butuh modal untuk usaha jangan meminjam pada orang yang kita kenal, termasuk saurada ataupun teman, langsung saja pinjam ke bank.

5.      5.  Berani mengambil resiko atas usaha yang akan kita pilih.